Cerpen : 18.25

     Angin senja berhembus lembut menerpa wajah Vey yang sedang berdiri di lapangan basket, wajahnya yang penuh keringat dibiarkan begitu saja. Matanya menatap tajam senior di depannya dengan sinis.
     "Ampe kapan gue disini... di jemur kayak kerupuk...! gak sudi gue...!" teriak Vey memberontak. tapi senior yang berdiri di depannya malah cengar cengir.
     "Itu hukuman buat lo... jangan banyak omong... sekarang drible bola basketnya, jangan ampe berhenti...!" 
     Vey hanya dapat mengutuk-ngutuk di dalam hati. Menggerutu tak menentu. Cuma kesalahan dikit doank ampe di hukum ampe jam enam gini. Awas ya lu... batin Vey.
     "Andre...! kunci motor gua ilang neeeh, bantuin gua nyari donk!" panggil seorang temannya tak jauh dari lapangan basket.
     "Oke Luh.. gue bantuin..." Andre langsung berjalan ke arah kelas 3 IPA di sudut kiri lapangan basket.
     Vey melirik Andre yang sudah menghilang di lapangan, di kepalanya timbul niat untuk kabur pulang. Tanpa pikir panjang Vey berlari menuju kelasnya yang berada di lantai tiga secepat mungkin. Karna tasnya masih berada di kelas. Sesampai di kelas, tangannya langsung menyambar tas dan kembali berbalik menuruni tangga. 
     Ketika Vey menuruni tangga, suara tangisan terdengar jelas di telinganya. Semakin Vey melangkah menuruni tangga, semakin jelas terdengar suara tangisan itu. Vey merinding dan berhenti melangkah.
     "Siapa yang nangis sih?" ucap Vey kaku. Vey menuruni tangga selangkah demi selangkah. Diantara tangga lantai 2 Vey melihat seorang gadis yang sedang menangis, gadis itu masih memakai baju sekolah. Sedikit menggigil Vey mencoba mendekati gadis berambut pirang yang tertunduk lesu di tangga. "hey..." sapa Vey gemetar. Tak ada jawaban dari gadis berambut pirang di sampingnya. dengan memberanikan diri Vey duduk terdiam di samping gadis berambut pirang.
     Tapi, tiba-tiba gadis berambut pirang itu berkata "Aku sedih... dia mengecewakanku, aku tidak percaya lagi padanya..." suaranya jelas seperti orang yang susah berbicara dalam bahasa Indonesia. Vey mulai berfikir, mungkin gadis ini blasteran. Gadis pirang itu mengangkat kepalanya dan menatap Vey sendu, keyakinan Vey tentang gadis pirang blasteran itu semakin mantap. Matanya biru laut, indah... tapi, siapa pun yang melihatnya, pasti tau kalau hatinya sedang terluka. "Tolong aku..." katanya memohon. Vey tersentak, dan dia sadar kalau baru kali ini dia melihat gadis di sampingnya itu. Baju sekolah yang di pakainya pun sedikit lusuh dengan rok yang sedikit memudar. Di kepalanya penuh dengan tanda tanya, berfikir siapa sebenarnya gadis blasteran ini.
     TENG......! TENG.....! TENG.....!
     18.25 WIB
    Bunyi dentangan lonceng tua di sudut kanan lapangan basket mengejutkan lamunan Vey, mata Vey memandang lurus ke arah lapangan basket. "Bikin kaget aja... pasti ini si Andre..." ucapnya lirih.
    Matanya kembali memandang ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Tapi, gadis yang tadi berada disampingnya tidak ada lagi, seperti hilang dalam kesunyian. Vey merinding.
     "Hilang...?"

1 komentar :

Kisah Fajr mengatakan...

ayo na,, nulis terus...!!!
semangat kakak :)

Posting Komentar