Cerpen : Lio dan Geo (Benci dan Sayang)


Lio dan Geo

Geo seorang cowok yang sangat suka menganggu Lio. Kenakalannya menganggu Lio hanya sekedar alasan ‘ingin diperhatikan Lio’.
Saat itu Lio mendapat giliran mempresentasikan idiologinya ke depan kelas, teman-temannya di kelas menahan tawa. Lio tidak sadar dan mulai berkomat-kamit di depan teman-temannya.
“… mungkin hanya itu yang dapat saya presentasikan ke temen-temen… kalo ada yang mau komen atau bertanya, silahkan aja…” kata Lio. Sepuluh orang yang berada di kelas mengangkat tangan. Dan Lio memilih salah satu dari mereka yang duduk di pojokan belakang di kelas itu.
Tanpa basa basi orang yang ditunjuk oleh Lio bertanya “Hei Lio… bener lu lagi baik hari ini…? Kalo iya, traktir kita sepulang sekolah dong…!”
Lio terbelalak, “Maksudnya…?” Tanya Lio tidak mengerti. Bu Ani yang dari tadi cuma duduk memperhatikan melangkah ke tempat Lio berdiri dan meraba punggung siswinya itu.
Sehelai kertas bertulisan yang tertempel di punggung Lio kini berada di tangan Bu Ani. Mata guru itu memperhatikan semua murid yang berada di kelas. “Siapa…?” Tanya guru itu singkat.
Geo menunjuk dirinya sendiri dan berdiri sambil tersenyum licik. “Saya buk…!” katanya begitu santai. Geo memang orang yang suka menganggu Lio, dan dia tidak malu mengakuinya.
“Lio dan Geo… sehabis sekolah hari ini selesai, kalian berdua harap ke kantor dan temui ibu… Oke. Pelajaran hari ini cukup sekian, bagi yang belum presentasi dilanjutkan minggu depan.” Kata Bu Ani, dan guru itu pun mengambil tas serta buku yang terbuka di atas meja lalu melangkah keluar menuju kantor.
Lio hanya menunduk dan menahan amarahnya di depan kelas. Kelyn sahabatnya yang tak tega, menjeput Lio kedepan kelas dan menyuruh Lio untuk duduk kembali ke kursinya.
Geo yang duduk dibarisan depan tertawa senang dan bangga, dia berhasil lagi membuat Lio malu hari ini. Tapi anehnya Lio tak melawan dirinya.
“Tumben lu gak bentak Geo…? Biasanya lu kan marah kalo dibuat malu sama Geo, Li…” Tanya Kelyn penasaran.
“Gue capek Ke, capek…” desah lemas Lio tak bertenaga. Kelyn hanya diam menanggapi, dia sadar kalo Lio tak bersemangat hari ini. Guru yang mengajar selanjutnya pun tiba di kelas dan memulai pelajaran.
Tak lama kemudian sekitar jam dua belas siang lewat tiga puluh lima menit, bel tanda waktunya untuk pulang berdering nyaring. Semua murid berhamburan keluar kelas dan bergegas melakukan kesibukan masing-masing.
“Lio, gue pulang duluan ya, soalnya gue dijemput kakak gue…” Kelyn melambaikan tangannya kearah Lio yang berjalan menuju kantor para guru.
Di dalam kantor para guru, Geo sudah berdiri menghadapi Bu Ani yang mulai menasehati. Lio menghampiri dan berdiri di samping Geo. “… nah itu Lio udah datang, dan kamu Geo jangan ulangi lagi hal yang seperti ini lagi atau berbuat nakal lagi!” kata Bu Ani sambil memegang helai kertas tadi.
“Kalian berdua sering bertengkar di sekolah, dan udah berapa kali di panggil ke kantor… ibu harap kalian berdua berdamai dan saling minta maaf. Ahh.. ya sudah. Sekarang kalian ambil sapu dan bersihkan halaman belakang sekolah berdua. Ini peringatan dari ibu dan pelajaran buat kalian berdua untuk saling mengerti. Jika ibu dengar dan melihat kalian membuat masalah lagi, ibu akan panggil orang tua kalian masing-masing. Ya, cukup. Silahkan, kalian sudah boleh keluar.” Guru itu menghela nafas setelah menyudahi nasehatnya.
“Terimakasih bu…” ucap Lio dan Geo bersamaan. Mereka berdua-pun mengambil sapu dan skop yang berada di ruang kusus alat-alat kebersihan dan memulai membersihkan halaman belakang sekolah.
“Males banget deh di suruh nyapu halaman…” kata Geo sambil menghentakkan sapu yang di pegangnya.
Lio geram dan tak bisa lagi menahan amarahnya, “Eh…! Lu udah buat gue malu hari ini dan gue gak ngebalas lu tadi dikelas. Kenapa lu harus ngomong kayak gitu? Seharusnya gue yang pantes ngomong kalimat itu karna gue gak salah…!”
“Loh…? Kalo gak salah, kenapa lu gak ngomong aja ke Bu Ani biar lu gak dihukum…?” balas Geo.
“Ggrrrrr… Geram gue sama lu…!” Lio mengepalkan tangan dan memukul-mukul lengan Geo. Dia tidak bisa bilang kalau dia tak tega melihat Geo dihukum sendirian.
“Aduh aduh duh…!!! Lu kenapa sih? Sakit tau!” Geo berusaha melindungi lengan kanannya yang di pukul Lio.
“Jahat lu. Kalo ada setrika, gue gosok wajah lu yang nyebeliiiinnnn…..!!!” teriak Lio. Lio menghentikan pukulannya dan berjalan menjauh dari Geo, tapi tiba-tiba Lio terjatuh kesandung batu. Melihat itu, Geo tertawa ngakak sambil memegang perutnya yang tak tahan melihat ekspresi Lio meringis.
Wajah Lio memerah, tadinya hanya ringisan sakit pada kaki yang terluka kini menjadi tangis. Geo langsung bengong dan melihat perubahan ekspresi Lio dan mulai panik, karna dia tak pernah melihat Lio menangis sebelumnya.
Geo menghampiri dan membantu Lio untuk berdiri, tapi Lio menepis tangan Geo penuh emosi.
“Maaf… Lu kok nangis sih.. lu kan bukan orang cengeng…” Geo meminta maaf untuk pertama kalinya ke Lio.
“Lu jahat, kenapa sih seneng banget jahilin gue? Apa gue ada salah sama lu? Padahal dulu kita deket banget di SMP… tapi kenapa semenjak SMA lu suka jahilin gue? Dan suka nyari masalah sama gue,” kata Lio sambil menangis. “sakit banget Geo…” lanjut Lio.
“Duuh.. iya. Maaf. Emang sakit kalo jatuh…” Kata Geo panik. Matanya lirik kiri dan lirik kanan memandangi dan memperhatikan apakah ada orang disekitar halaman belakang. Geo mulai takut kalau ada yang melihat Lio menangis.
“Yang sakit bukan kaki gue. Tapi hati gue…! Sakit banget… huhuhu… gue benci lu Geo!” ucap tangis Lio.
Geo terdiam. Tangannya bergerak menyeka air mata di pipi Lio yang basah dengan lembut. Dan Lio ikut terdiam menatap Geo aneh.
“Seberapa dalam sakit hati lu sama gue, lebih dalam lagi rasa sayang gue ke lu Lio…” kata Geo lembut dan tegas. Lio menatap mata Geo sungguh-sungguh, karna dia tidak mengira akan mendengar kata-kata seperti itu dari mulut Geo. Lio senang, tangisannya berubah menjadi senyuman, sudah lama dia tunggu keadaan seperti ini.
“Geo…” kata Lio sambil menunduk. “gue benci lu Geo…” wajah Lio memerah. Geo tersenyum mendengar kata-kata Lio.
“Semakin lu benci, gue makin sayang lu Lio…!” ucap Geo senang sambil memeluk Lio erat.
“Gue benci banget sama lu, Geo…!” kata benci diucapkan Lio lagi.
“Kalo gitu, gue sayang banget sama lu, Lio”
“Gue benci Geo……!” kata Lio sengaja. Agar Geo mengatakan sayang padanya.
“Gue sayang Lio…”
“Benci”
“Sayang…”
Geo melepas pelukan sambil cengar cengir menatap Lio. Begitu juga dengan Lio. Tiba-tiba mereka berdua tertawa menyadari perasaan itu.
“Hahahahaha…!!!”
THE END


Kata Geo : ""

Terus Lio nya malah malu-malu,.


0 komentar :

Posting Komentar