Cerita : Kartu Merah - Prolog


“Eh kamu yang disana…! Kesini deh…” Panggil Zey sambil mengayunkan tangannya. Yang dipanggil pun menghampiri dengan perasaan takut. Karna kalau udah di panggil sama Zey, pasti ada kesalahan yang diperbuatnya.
“Ada apa kak Zey?” katanya bertanya.
“Kamu Evan Permana anak kelas 1b kan?” Zey mengeluarkan kertas berukuran kecil berwarna kuning dari dalam saku bajunya. Evan bergidik sambil mengangguk kaku. Tampak olehnya Zey sibuk menulis sesuatu diatas kertas tersebut lalu memberikannya ke Evan. “Ini kartu peringatan, karna kamu tidak memakai seragam dengan lengkap…! Lihat tuh, kemana dasi seragam kamu??” omel Zey.
“Hah..?” Evan garuk-garuk kepala dan melihat ke dirinya sendiri dan ternyata benar dia lupa memakai dasi. “Maaf ya kak Zey, tadi aku buru-buru berangkat ke sekolah…” Kata Evan sambil mengambil kertas di tangan Zey.
“Ya udah…” Zey berlalu dan melihat ke kiri dan kanan. Tiba-tiba dia berhenti dan melirik ke halaman belakang sekolah. Tampak olehnya Orion, cowok berandalan yang suka usil dan bikin nangis orang. Orion mengambil tas orang yang ada di depannya dan membongkar isinya dengan buru-buru. Zey kaget.
“Hei…!” Teriak Zey dari jauh sambil berjalan cepat kearah Orion dan mengambil tas itu dengan cepat. “Ini tas kamu, cepet ke kelas biar aku yang urus dia…” kata Zey ke arah cowok yang tasnya di bongkar sambil menatap Orion sinis.
Orion menghela nafas berat. Zey mengambil kertas kuning di dalam saku bajunya dan tiba-tiba aja Orion menahan tangan Zey kuat.
“Gak usah di tambah lagi kartu kuningnya, gua udah punya banyak!” kata Orion santai. Zey panik karna tangannya masih di pegang Orion dan mencoba melepaskan pegangan itu tapi Orion lebih kuat darinya. Orion melanjutkan lagi ucapannya, “Gua lepas kalo lo kasih gua kartu merah.” Senyum licik Orion.
“Apa…?! Gak salah nih kamu minta kartu merah?” Zey terbelalak. Kalau di kasih kartu merah, Zey bakalan harus lebih waspada.
Zey adalah ketua Osis di SMA Abe, sekolah berbasis internasional, yah sekolah para anak orang kaya dan konglomerat. Di sekolahnya jika melanggar peraturan akan diberikan kartu kuning sebagai peringatan kemudian akan di hukum sesuai kategori pelanggaran, itu gunanya Zey menulis di atas kertas kuning untuk menuliskan hukuman si pelanggar.
Tapi kalau kartu merah, si penerima kartu merah harus di skorsing selama 2 hari dan mereka ditempatkan dipenjara sekolah. Dan selama 2 hari itu, ketua Osis ditugaskan langsung untuk memperhatikan setiap gerak-gerik si penerima kartu merah.
Di penjara sekolah, mereka yang bersalah akan dihukum. Bagi anak-anak SMA Abe, penjara sekolah adalah tempat yang begitu mengerikan bagi mereka. Tapi sepertinya tidak untuk Orion, dia malah meminta kartu merah pada Zey dengan santai.
“Gua serius… kalo lo gak kasih kartu merah, gua gak bakalan lepasin tangan lo sampai sekolah hari ini beres…” senyum licik di wajah Orion masih terhias.
Zey ingin saja memberikan kartu merah, tapi ini Orion, cowok yang sangat dia benci dari pertama masuk SMA Abe. Sebenarnya Orion pantas menerima kartu merah karna kenakalannya, tapi Zey tak ingin berurusan lama-lama dengan Orion.
“Kamu belum pantes dapet kartu merah…” kata Zey akhirnya.
“Gua udah punya banyak kartu kuning, belum satu pun kartu merah. Apa kenakalan gua masih belum parah buat dapetin kartu merah?” ucap Orion sedikit emosi dan pegangan itu semakin erat.
“Kamu kenapa pengen banget kartu merah? Yang lain pada gak mau dapet kartu merah.”
“Gua tanya sama lo, apa nakal gua masih belum parah? Alex aja lo kasih kartu merah. Kenapa gua gak lo kasih kartu merah?”
“Ng… itu…” Zey tak bisa menjawab. Orion menatap Zey lekat. Zey berpaling muka dan terus berpikir keras mencari alasan. Alex memang dia berikan kartu merah karna sering terlambat kesekolah. Kalau Orion sih segala kenakalan sudah pernah dilakukannya, bolos, terlambat, berkelahi, dan banyak yang lainnya. Tapi Zey tak mau memberikan kartu merah.
“Kenapa lo diem?” Tanya Orion lagi. “Huuum… apa lo suka sama gua sampe lo gak tega kasih gua kartu merah?” tebak Orion asal-asalan. Zey tersentak kaget dan langsung mendorong tubuh Orion hingga terjatuh, Zey pun ikut terjatuh karna ditarik Orion.
“Suka ?! Enak aja, aku males banget ngurusin kamu dua hari kalo kamu seandainya aku kasih kartu merah. Aku benci banget sama kamu…! Ngurusin kamu dua hari?? Uurrghh… gak banget deh.” Zey ngomel-ngomel ke Orion.
“Hahaha!!!” Orion tertawa keras. Kerut di kening Zey menjadi-jadi melihat tawa Orion yang dia benci.
“Urrgghh… lepasin tanganku…” kata Zey berusaha untuk melepaskan tangannya. Orion melepaskan tangan Zey, yang kemudian berdiri. “Hari ini aku lagi baik, jadi aku gak kasih kamu kartu apapun…” Zey berbalik dan membersihkan roknya yang kotor karna jatuh.
Orion kesal karna tidak diberi kartu merah, dia pun memegang rok Zey lalu menyingkapkan rok itu dan melihat dalaman yang dipakai Zey. “Warna putih trus ada motif bunga-bunga kecilnya. Hahaha…!” Tawa Orion lagi.
“Arghh…!!!” Teriak Zey sambil menarik roknya dari tangan Orion. Wajahnya memerah dan sangat kesal pada Orion. “Kali ini aku bener-bener kesel sama kamu!” marah Zey.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Orion. Zey mengeluarkan kertas kecil berukuran kecil dari kantong roknya dan membuangnya kearah Orion. “Kamu tau kan? Jadi gak perlu aku tulis lagi. Mulai besok kamu di penjara!” dan kemudian Zey pun berlalu meninggalkan Orion.
Orion tersenyum sambil memungut kertas merah itu. “Yes. I get it…” katanya sambil meremas kertas itu dengan kuat.

0 komentar :

Posting Komentar